Latest Movie :

Kisah Sukses Bill Gates

Jika mendengar nama ini, orang akan langsung ingat dua hal, yakni Microsoft dan kekayaan. Yah, memang tak bisa dimungkiri, orang mengenal Bill Gates sebagai pendiri perusahaan piranti lunak terbesar di dunia. Selain itu, kekayaan yang diperolehnya dari perusahaan itu telah membuatnya jadi orang terkaya di dunia beberapa tahun berturut-turut, tanpa pernah tergeser ke posisi kedua sekalipun. Konon, kekayaannya mencapai 71% nilai anggaran belanja negara kita, yakni lebih dari Rp500 triliun. Sungguh fantastis!

Tapi, semua itu tentu melalui proses panjang. Semua berawal dari impian Bill Gates saat masih muda. Ketika itu, sekitar tahun 70-an, ia yang hobi mengutak-atik program komputer memimpikan bisa menghadirkan komputer ke rumah-rumah. Sesuatu yang dianggap sulit diwujudkan pada masa itu. Sebab, pada tahun itu komputer masih berukuran sangat besar dan hanya dimanfaatkan untuk hal-hal tertentu saja.

Kelahiran Seattle dari pasangan seorang pengacara dan pegawai bank ini memang terkenal cukup ambisius. Pada saat masih sekolah dasar, semangatnya yang cenderung menyulitkannya dalam pergaulan membuat orang tuanya memindahkan sekolahnya ke sekolah unggulan khusus laki-laki di Lakeside School. Di sekolah itulah ia pertama kali berkenalan dengan dunia yang mengantarkan pada bakatnya di bidang pemrograman. Saat itu ia mengenal mesin teletype, semacam mesin ketik yang bisa diberi program sederhana. Dari mesin itu, kemudian dia mulai menguasai dengan baik bahasa pemrograman BASIC. Ia pun lantas bertemu dengan komunitas penggemar program dan sering menghabiskan waktunya berjam-jam untuk menekuni hobi tersebut.

Ayah tiga anak ini kemudian mengembangkan bakatnya saat kuliah di Universitas Harvard. Namun, saat kuliah di universitas elit di Amerika itu, lagi-lagi ambisi Bill Gates membuatnya lebih memilih untuk mewujudkan impiannya, dibandingkan harus menyelesaikan studi. Ia memilih drop out dan berkomitmen kuat untuk mewujudkan ambisinya.

Komitmen itu diwujudkan dengan ketekunan, ketelatenan, dan keuletan, sehingga pelan tapi pasti hobinya membuat program telah menjadi bisnis yang kian menguntungkan. Ia kemudian juga bertemu dengan Paul Allen, rekan yang kemudian turut membantunya mewujudkan impian menghadirkan komputer ke rumah-rumah. Duet mereka banyak menghasilnya program-program unggulan, salah satunya MS-DOS yang kemudian banyak dipakai sebagai software di berbagai komputer.

Berbagai inovasi tak henti dilakukannya. Hasilnya? Seperti yang dilihat banyak orang saat ini. Impian Bill Gates telah menjadi nyata. Hampir setiap rumah, kini mempunyai komputer. Dan, hebatnya, sistem operasinya kebanyakan menggunakan produk Microsoft. Inilah yang membuat pundi-pundinya terus mengembang.

Kini, dengan kekayaannya tersebut, Bill Gates dan istrinya, Melinda, kemudian mendirikan Bill & Melinda Gates Foundation. Yayasan bentukan Gates ini digunakan untuk berbagai kegiatan sosial. Mulai dari menyalurkan beasiswa kepada kaum minoritas, berperang melawan penyakit seperti AIDS dan berbagai penyakit lainnya, hingga memerangi kelaparan dan kemiskinan. Tak tanggung-tanggung, pasangan suami istri ini menyumbangkan lebih dari US$ 5 miliar untuk kepentingan yayasan ini. Sebuah sumbangan terbesar di dunia yang pernah diberikan pada sebuah yayasan sosial.


Sebuah impian, jika disertai dengan keyakinan kuat dan kerja keras, serta dilandasi komitmen perjuangan tanpa henti, akan memberi hasil yang gemilang. Bill Gates adalah bukti nyata bahwa impiannya yang pernah dianggap mustahil, kini mampu diwujudkannya. Nilai keyakinan dan perjuangan inilah yang bisa kita contoh dalam kehidupan kita. Selain itu, kepedulian Bill Gates untuk berbagi juga bisa dijadikan teladan bahwa sukses akan lebih berarti jika kita bisa saling berbagi.

The Power of Positive Thinking



Suatu ketika seorang pria menelepon Norman Vincent Peale. Ia tampak sedih. Tidak
ada lagi yang dimilikinya dalam hidup ini. Norman mengundang pria itu untuk
datang ke kantornya.

“Semuanya telah hilang. Tak ada harapan lagi,” kata pria itu.

“Aku sekarang hidup dalam kegelapan yang amat dalam. Aku telah
kehilangan hidup ini.

Norman Vincent Peale, penulis buku “The Power of Positive Thinking”, tersenyum
penuh simpati.

“Mari kita pelajari keadaan anda,” katanya Norman dengan lembut.

Pada selembar kertas ia menggambar sebuah garis lurus dari atas ke bawah tepat
di tengah-tengah halaman. Ia menyarankan agar pada kolom kiri pria itu
menuliskan apa-apa yang telah hilang dari hidupnya. Sedangkan pada kolom kanan,
ia menulis apa-apa yang masih tersisa.

“Kita tak perlu mengisi kolom sebelah kanan,” kata pria itu tetap dalam
kesedihan.

“Aku sudah tak punya apa-apa lagi.”

“Lalu kapan kau bercerai dari istrimu?” tanya Norman.

“Hei, apa maksudmu? Aku tidak bercerai dari istriku. Ia amat mencintaiku! “

“Kalau begitu bagus sekali,” sahut Norman penuh antusias.

“Mari kita catat itu sebagai nomor satu di kolom sebelah kanan “Istri yang amat
mencintai”. Nah, sekarang kapan anakmu itu masuk penjara?”

“Anda ini konyol sekali. Tak ada anakku yang masuk penjara!”

“Bagus! Itu nomor dua untuk kolom sebelah kanan “Anak-anak tidak berada dalam
penjara.” kata Norman sambil menuliskannya di atas kertas tadi.Setelah beberapa
pertanyaan dengan nada yang serupa, akhirnya pria itu menangkap apa maksud
Norman dan tertawa pada diri sendiri.

“Menggelikan sekali. Betapa segala sesuatunya berubah ketika kita berpikir
dengan cara seperti itu,” katanya.

Kata orang bijak, bagi hati yang sedih lagu yang riang pun terdengar memilukan.
Sedangkan orang bijak lain berkata, sekali pikiran negatif terlintas di pikiran,
duniapun akan terjungkir balik…….

Maka mulailah hari dengan selalu berfikir positif…..

Norman Vincent Peale
Penulis buku The Power of Positive Thinking

SAYA MAU BERUBAH



Dikisahkan, di sebuah seminar motivasi, setelah mendengar banyak kiat-kiat dan pelajaran di sana, saatnya para peserta pulang dengan membawa kesan dan semangat yang membara untuk dipraktekkan di kehidupan mereka lebih lanjut. Di antara mereka, beberapa orang tampak mengalami kemajuan yang berarti. Mereka yang merasakan manfaat dan sangat terbantu setelah mengikuti seminar tersebut, memberitahu teman dan saudara-saudaranya bahwa seminar yang diikutinya sangat bagus dan luar biasa. Dia mulai melakukan anjuran yang diajarkan dan mengalami perubahan cara pandang dan kebiasaannya. Dikesehariaannya, dia berusaha terus menyemangati diri sendiri, aktif mengikuti kegiatan yang positif, mengarahkan seluruh perhatiannya pada usaha yang dijalankan, dan hasilnya….perubahan yang luar biasa dikehidupannya!

Mengalami kemajuan dan bersyukur!
Ada kelompok yang lain. Setelah mengikuti seminar, mereka juga tampak bersemangat, bersiap-siap untuk mengadakan perubahan, membuat rencana sedetil mungkin. Sayangnya, setelah beberapa saat, rencana yang dibuat tetaplah rencana. Blok mental karena kebiasaan yang dijalani selama ini yakni malas, menunda, tidak bisa menerima penolakan, cepat putus asa saat mengalami benturan, serta cara pandangnya yang negatif terhadap sekelilingnya menyebabkan dia kembali ke pola lama dan mulai menyalahkan keadaan disekelilingnya yang dituduh tidak mendukung dia.

Akhirnya, saat ditanya, Anda pernah mengikuti seminar motivasi? “Oya. Saya pernah mengikutinya, seminar yang bagus, pesertanya banyak dan pembicaranya hebat tetapi apa yang diajarkan tidaklah mudah untuk dijalankan. Karena sukseskan milik orang-orang tertentu, dan sayangnya saya bukanlah orang itu.”
Kelompok yang lain lagi. Setelah mengikuti seminar, dia pun mulai mencoba membuat perubahan. Sayangnya, upayanya tidak terlalu kuat sehingga saat orang-orang disekililingnya tidak menyukai perubahan yang dicobanya, dia pun merasa dijauhi dan tidak diterima dilingkungannya. Akhirnya, sudah bisa ditebakkan?

Pembaca yang budiman,
Seminar sehebat apapun, teknik secanggih apapun, rumus teori seampuh apapun, selamanya tidak akan mampu merubah manusia jika manusia itu sendiri tidak mau merubah dirinya sendiri!

Bagi saya kehidupan adalah ruang kuliah atau tempat belajar tanpa batas, bagi pembelajar sejati setiap orang bisa menjadi guru bagi dirinya sendiri, bagi pembelajar tulen cepat sekali menyerap apa yang terjadi disekelilingnya dan dengan cerdas mampu mencerna sebagai bahan belajar untuk kemajuan karier dan hidupnya.
Jadi akhirnya semua kembali pada diri sendiri, bagaimana kita mengelola pikiran dan sikap mantal dalam menghadapi perubahan, sekaligus secara tegas mau berubah hingga mampu mengaktualisasikan diri sampai ke puncak kesuksesan.

by : Andrie Wongso

Kisah Seekor Belalang

Seekor belalang telah lama terkurung dalam sebuah kotak. Suatu hari ia berhasil keluar dari kotak yang mengurungnya tersebut. Dengan gembira ia melompat-lompat menikmati kebebasannya.

Di perjalanan dia bertemu dengan seekor belalang lain. Namun dia keheranan mengapa belalang itu bisa melompat lebih tinggi dan lebih jauh darinya.

Dengan penasaran ia menghampiri belalang itu, dan bertanya, “Mengapa kau bisa melompat lebih tinggi dan lebih jauh, padahal kita tidak jauh berbeda dari usia ataupun bentuk tubuh ?”.

Belalang itu pun menjawabnya dengan pertanyaan, “Dimanakah kau selama ini tinggal? Karena semua belalang yang hidup di alam bebas pasti bisa melakukan seperti yang
aku lakukan”.

Saat itu si belalang baru tersadar bahwa selama ini kotak itulah yang membuat lompatannya tidak sejauh dan setinggi belalang lain yang hidup di alam bebas.

Renungan :
Kadang-kadang kita sebagai manusia, tanpa sadar, pernah juga mengalami hal yang sama dengan belalang.

Lingkungan yang buruk, hinaan, trauma masa lalu, kegagalan yang beruntun, perkataan teman atau pendapat tetangga, seolah membuat kita terkurung dalam kotak semu yang
membatasi semua kelebihan kita. Lebih sering kita mempercayai mentah-mentah apapun yang mereka voniskan kepada kita tanpa pernah berpikir benarkah Anda separah itu?
Bahkan lebih buruk lagi, kita lebih memilih mempercayai mereka daripada mempercayai diri sendiri.

Tidakkah Anda pernah mempertanyakan kepada nurani bahwa Anda bisa “melompat lebih tinggi dan lebih jauh” kalau Anda mau menyingkirkan “kotak” itu? Tidakkah Anda ingin membebaskan diri agar Anda bisa mencapai sesuatu yang selama ini Anda anggap diluar batas kemampuan Anda?

Beruntung sebagai manusia kita dibekali Tuhan kemampuan untuk berjuang, tidak hanya menyerah begitu saja pada apa yang kita alami. Karena itu teman, teruslah berusaha mencapai apapun yang Anda ingin capai. Sakit memang, lelah memang, tapi bila Anda sudah sampai di puncak, semua pengorbanan itu pasti akan terbayar.

Kehidupan Anda akan lebih baik kalau hidup dengan cara hidup pilihan Anda. Bukan cara hidup seperti yang mereka pilihkan untuk Anda.

Renungan Hidup

Betapa besarnya nilai uang kertas senilai Rp.100.000 apabila dibawa ke masjid untuk disumbangkan; tetapi betapa kecilnya kalau dibawa ke Mall untuk dibelanjakan!

Betapa lamanya melayani Allah selama lima belas menit namun betapa singkatnya kalau kita melihat film.

Betapa sulitnya untuk mencari kata-kata ketika berdoa (spontan) namun betapa mudahnya kalau mengobrol atau bergosip dengan pacar / teman tanpa harus berpikir panjang-panjang.

Betapa asyiknya apabila pertandingan bola diperpanjang waktunya ekstra namun kita mengeluh ketika khotbah di masjid lebih lama sedikit daripada biasa. Betapa sulitnya untuk membaca satu lembar Al-qur’an tapi betapa mudahnya membaca 100 halaman dari novel yang laris.

Betapa getolnya orang untuk duduk di depan dalam pertandingan atau konser namun lebih senang berada di saf paling belakang ketika berada di Masjid

Betapa Mudahnya membuat 40 tahun dosa demi memuaskan nafsu birahi semata, namun alangkah sulitnya ketika menahan nafsu selama 30 hari ketika berpuasa.

Betapa sulitnya untuk menyediakan waktu untuk sholat 5 waktu; namun betapa mudahnya menyesuaikan waktu dalam sekejap pada saatterakhir untuk event yangmenyenangkan.

Betapa sulitnya untuk mempelajari arti yang terkandung di dalam al qur’an; namun betapa mudahnya untuk mengulang-ulangi gosip yang sama kepada orang lain.

Betapa mudahnya kita mempercayai apa yang dikatakan oleh koran namun betapa kita meragukan apa yang dikatakan oleh Kitab Suci AlQuran.

Betapa setiap orang ingin masuk sorga seandainya tidak perlu untuk percaya atau berpikir,atau mengatakan apa-apa,atau berbuat apa-apa.

Berhentilah Jadi Gelas

Seorang guru sufi mendatangi seorang muridnya ketika wajahnyabelakangan ini selalu tampak murung."Kenapa kau selalu murung, nak? Bukankah banyak hal yang indah didunia ini? Ke mana perginya wajah bersyukurmu?" sang Guru bertanya.
"Guru, belakangan ini hidup saya penuh masalah. Sulit bagi saya untuktersenyum. Masalah datang seperti tak ada habis-habisnya," jawab sangmurid muda.
Sang Guru terkekeh. "Nak, ambil segelas air dan dua genggam garam.Bawalah kemari. Biar kuperbaiki suasana hatimu itu."
Si murid pun beranjak pelan tanpa semangat. Ia laksanakan permintaangurunya itu, lalu kembali lagi membawa gelas dan garam sebagaimana yang diminta.
"Coba ambil segenggam garam, dan masukkan ke segelas air itu," kataSang Guru. "Setelah itu coba kau minum airnya sedikit." Si murid pun melakukannya. Wajahnya kini meringis karena meminum airasin."Bagaimana rasanya?" tanya Sang Guru."Asin, dan perutku jadi mual," jawab si murid dengan wajah yang masihmeringis. Sang Guru terkekeh-kekeh melihat wajah muridnya yang meringis keasinan."Sekarang kau ikut aku." Sang Guru membawa muridnya ke danau di dekattempat mereka. "Ambil garam yang tersisa, dan tebarkan ke danau."Si murid menebarkan segenggam garam yang tersisa ke danau, tanpa bicara. Rasa asin di mulutnya belum hilang. Ia ingin meludahkan rasa asin dari mulutnya, tapi tak dilakukannya. Rasanya tak sopan meludahdi hadapan gurunya, begitu pikirnya."Sekarang, coba kau minum air danau itu," kata Sang Guru sambilmencari batu yang cukup datar untuk didudukinya, tepat di pinggirdanau. Si murid menangkupkan kedua tangannya, mengambil air danau, danmembawanya ke mulutnya lalu meneguknya. Ketika air danau yang dingindan segar mengalir di tenggorokannya, Sang Guru bertanyakepadanya, "Bagaimana rasanya?""Segar, segar sekali," kata si murid sambil mengelap bibirnya denganpunggung tangannya. Tentu saja, danau ini berasal dari aliran sumberair di atas sana. Dan airnya mengalir menjadi sungai kecil di bawah.Dan sudah pasti, air danau ini juga menghilangkan rasa asin yangtersisa di mulutnya."Terasakah rasa garam yang kau tebarkan tadi?""Tidak sama sekali," kata si murid sambil mengambil air danmeminumnya lagi. Sang Guru hanya tersenyum memperhatikannya,membiarkan muridnya itu meminum air danau sampai puas."Nak," kata Sang Guru setelah muridnya selesai minum. "Segala masalahdalam hidup itu seperti segenggam garam. Tidak kurang, tidak lebih.Hanya segenggam garam. Banyaknya masalah dan penderitaan yang haruskau alami sepanjang kehidupanmu itu sudah dikadar oleh Allah, sesuaiuntuk dirimu. Jumlahnya tetap, segitu-segitu saja, tidak berkurangdan tidak bertambah. Setiap manusia yang lahir ke dunia ini pundemikian. Tidak ada satu pun manusia, walaupun dia seorang Nabi, yangbebas dari penderitaan dan masalah."Si murid terdiam, mendengarkan."Tapi Nak, rasa `asin' dari penderitaan yang dialami itu sangattergantung dari besarnya 'qalbu'(hati) yang menampungnya. Jadi Nak, supaya tidak merasa menderita, berhentilah jadi gelas. Jadikan qalbu dalam dadamu itujadi sebesar danau." (From : Suluk - Blogsome)

Belajar Dari Burung & Cacing

Bila kita sedang mengalami kesulitan hidup karena himpitan kebutuhan materi, maka cobalah kita ingat
pada burung dan cacing. Kita lihat burung tiap pagi keluar dari sarangnya untuk mencari makan. Tidak terbayang sebelumnya kemana dan dimana ia harus mencari makanan yang diperlukan.
Karena itu kadangkala sore hari ia pulang dengan perut kenyang dan bisa membawa makanan buat keluarganya, tapi kadang makanan itu cuma cukup buat keluarganya, sementara ia harus "puasa". Bahkan seringkali ia pulang tanpa membawa apa-apa buat keluarganya sehingga ia dan keluarganya harus "berpuasa". Meskipun burung lebih sering mengalami kekurangan makanan karena tidak punya "kantor" yang tetap, apalagi setelah lahannya banyak yang diserobot manusia, namun yang jelas kita
tidak pernah melihat ada burung yang berusaha untuk bunuh diri.

Kita tidak pernah melihat ada burung yang tiba-tiba menukik membenturkan kepalanya ke batu cadas. Kita
tidak pernah melihat ada burung yang tiba-tiba menenggelamkan diri ke sungai. Kita tidak pernah
melihat ada burung yang memilih meminum racun untuk mengakhiri penderitaannya. Kita lihat burung tetap
optimis akan rizki yang dijanjikan Allah.

Kita lihat, walaupun kelaparan, tiap pagi ia tetap berkicau dengan merdunya. Tampaknya burung menyadari
benar bahwa demikianlah hidup, suatu waktu berada diatas dan dilain waktu terhempas ke bawah. Suatu
waktu kelebihan dan di lain waktu kekurangan. Suatu waktu kekenyangan dan dilain waktu kelaparan.
Sekarang marilah kita lihat hewan yang lebih lemah dari burung, yaitu cacing.  Kalau kita perhatikan, binatang ini seolah-olah tidak mempunyai sarana yang layak untuk survive atau bertahan hidup. Ia tidak mempunyai kaki, tangan, tanduk atau bahkan mungkin ia juga tidak mempunyai mata dan telinga. Tetapi ia adalah makhluk hidup juga dan, sama dengan makhluk hidup lainnya, ia mempunyai perut yang apabila tidak diisi maka ia akan mati. Tapi kita lihat, dengan segala keterbatasannya, cacing tidak pernah putus asa dan frustasi untuk mencari rizki. Tidak pernah kita menyaksikan cacing yang membentur-benturkan kepalanya ke batu.
Sekarang kita lihat manusia. Kalau kita bandingkan dengan burung atau cacing, maka sarana yang dimiliki
manusia untuk mencari nafkah jauh lebih canggih.

Tetapi kenapa manusia yang dibekali banyak kelebihan ini seringkali kalah dari burung atau cacing?
Mengapa manusia banyak yang putus asa lalu bunuh diri menghadapi kesulitan yang dihadapi?
Padahal rasa-rasanya belum pernah kita lihat cacing yang berusaha bunuh diri karena putus asa.

Rupa-rupanya kita perlu banyak belajar dari burung dan cacing.

Belajar Kehidupan dari Sebuah Pohon Tua

 

Hidup ini adalah sebuah proses. Hadapilah dengan TEGAR!
Alkisah ada seorang anak yang baru lulus dari sekolah hendak pergi ke kota. Tujuan utamanya untuk mencari pekerjaan. Dan tentu saja merubah nasib. Dia hanya seorang anak petani biasa. Setiap hari dia selalu terbiasa dengan hidup yang sangat sederhana. Orang tuanya sudah terlalu tua untuk diandalkan. Akhirnya menjelang kepergiannya ke kota. Dia pun bertemu dengan bapaknya untuk meminta nasehat. ”Bapak, besok subuh anakmu ini mau berangkat mencari kerja ke kota. Kiranya bapak mengizinkan aku untuk pergi”. Bapak itu pun berkata,” Anakku, bapak tidak bisa membekalimu apa-apa? Tapi sebelum engkau pergi. Bapak mau menunjukkan sesuatu kepada kamu.” Si anak pun melihat bapaknya dengan penuh tanda tanya. ”Apakah itu, Bapak?”. Si Bapak tidak menjawab. Dia tersenyum dan berkata,”Mari ikut aku?”. Lalu dia pun berjalan. Diikuti oleh anaknya dari belakang dengan penuh tanda tanya.

Ternyata mereka pergi ke belakang halaman rumah. Disitu ada sebuah pohon tua yang sangat besar. Umurnya mungkin sudah ratusan tahun. Mereka pun sampai. Dan berdiri persis di depan pohon tua tersebut. Si bapakpun berkata,” Anakku coba kau perhatikan pohon tua ini?”. Si anak pun mulai memperhatikan pohon tua itu. Yang bisa dilihatnya hanya sebuah pohon tua tidak mempunyai arti. Batangnya pun sangat sulit dipeluk dengan mengandalkan seorang diri. Butuh tiga sampai lima orang. Pohon ini pun tidak tahu termasuk jenis tanaman apa? Yang dia tahu pohon ini sudah ada sejak dia masih kecil. Bisa jadi sebelum dia lahir. ” Bapak, aku tidak melihat yang istimewa dari pohon ini”. Jawab si anak. Si bapak pun secara perlahan-lahan mulai mendekati pohon itu lebih dekat lagi. Dan tangannya pun menyentuh akar pohon tersebut. Lalu dia pun berkata,” Pohon itu begitu kokoh berdiri sampai dengan sekarang. Padahal kita tidak pernah merawatnya. Diapun tumbuh secara alamiah. Ketika hujan dia pun menjadi basah. Kemaraupun pun dia menjadi kekeringan. Tapi lewat proses kehujanan dan kekeringan membuat dia menjadi kokoh dan kuat.”

Si bapak memandang wajah anaknya dengan penuh arti. Sambil melanjutkan perkataannya,” Setiap kali kamu menghadapi persoalan ketika kamu di kota. Ingatlah pohon ini? Dia bisa melewati semuanya dengan baik. Walaupun kamu mengalami persoalan besar sekalipun. Itu semua menjadikan kamu lebih kuat dan tegar. Tidak terhempas oleh angin yang besar. Andalkan Sang Pencipta untuk membantu hidupmu. Bila engkau hanya mengandalkan dirimu sendiri dan orang lain itu hanya bersifat sementara. Kamu lebih banyak kecewa. Tapi bila engkau mengandalkan Sang Pencipta kamu tidak pernah kecewa.” Si bapak pun mengakhiri percakapan dengan si anaknya. Si anakpun mulai mengerti. Bahwa di kota nanti dia harus siap menghadapi setiap kesulitan. Dan hanya mengandalkan Sang Pencipta dia pasti berhasil meraih impiannya.

Sahabat Sang 3lang,

Dalam kehidupan kita zaman sekarang ini. Kita selalu ingin untuk mencapai kesuksesan secara cepat / instan. Tanpa mau bersusah payah. Padahal kita semua tahu bahwa ada satu hukum alam yang tidak mungkin kita hindari yaitu Proses. Coba ingat ketika kita masih bayi. Kita pun mulai dari belajar merangkak. Lewat proses jatuh bangun Mungkin bisa juga ratusan kali. Kita baru bisa belajar berdiri. Setelah kedua kaki kita kokoh dan kuat. Barulah kita mulai melangkah. Mulai dari satu, dua, tiga sampai proses melangkah lancar. Barulah kita mulai bisa berjalan. Setelah kita lancar berjalan, maka kita berlari, memanjat, melompat dan semua aktivitas lainnya yang bisa kita lakukan. Apakah semuanya secara instan? Jawabnya pasti. TIDAK!. Semuanya lewat sebuah PROSES perjuangan.

Pertanyaan nya, bagaimana supaya kita bisa melewati proses kehidupan ini secara kuat dan kokoh? Tentu saja kita harus siap menghadapi setiap kesulitan yang datang. Bukan menghindarinya. Lihat saja batu karang yang keras. Bisa tembus lewat proses tetesan air secara terus menerus. Dengan diuji membuat mental kita menjadi kuat. Disinilah timbul kekuatan mental kita seperti keberanian, keuletan, kesetiaan, dll. Dan satu lagi yang membuat kita kuat adalah kita harus mempunyai MENTOR. Orang yang siap memberikan masukan bagi setiap kemajuan kita. Mentor yang paling setia adalah orang tua kita. Merekalah pendorong buat kita lebih maju. Kita pun bisa memilih mentor, orang yang sudah mempunyai prestasi dan reputasi dibidang yang kita geluti. Tidak hanya memberikan kritikan. Tapi dia juga mampu membimbing kita menjadi sukses. Dan tak lupa sang mentor sejati adalah Sang Pencipta sendiri. Kita harus selalu mendengarkan nasehatnya. Melalui doa secara rutin. Tak lupa kita bersyukur atas permberiannya setiap hari.


NEVER EVER GIVE UP 

Ilmuwan dengan Tikus Putih

 

Seorang ilmuwan tengah menguji potensi dan kekuatan seekor tikus putih. Setiap pagi ia mengeluarkan seekor tikus putih pilihan dari kandang lalu memasukkannya kedalam suatu mesin kaca yang penuh dengan air. Ilmuwan itu memperhatikan bagaimana tikus itu berjuang untuk dapat tetap hidup.

Apabila tikus itu kelihatan sudah kehilangan tenaga dan mulai tenggelam ke dasar air, maka ia segera memberikan tangan kanannya lalu mengangkat tikus itu. Ia selalu mencatat secara lengkap semua perkembangan selama satu minggu. Dari catatan tersebut diketahui bahwa kekuatan dan ketahanan tikus di dalam air meningkat dari hari ke hari.

Pada hari ke delapan, ia kembali menguji coba kekuatan dan ketahanan tikus. Tetapi belum lama berselang ia mendengar telpon genggamnya berdering. Ia berbincang cukup lama dengan seseorang di seberang telpon yang tak lain adalah pacarnya sendiri. Sedangkan tikus yang tengah berjuang di dalam air sengaja tidak berupaya lebih keras karena mengira sang ilmuwan pasti menolongnya. Tetapi nahas, saat itu si tikus benar-benar mati tenggelam karena ilmuwan tersebut terlalu asyik berbincang dengan pacarnya.

Siapakah yang membunuh tikus itu? Jawabnya adalah pikiran tikus itu sendiri. Secara ilmiah berdasarkan catatan perkembangan ketahanan dan kemampuan si tikus, ilmuwan itu menilai seharusnya tikus itu mampu bertahan lebih lama. Tetapi karena tikus itu terlanjur hanya mengharapkan bantuan yang tak kunjung datang, maka ia pun mati.

Pesan:
Si tikus mati tenggelam bukan karena ia tidak mampu berenang. Telah disebutkan bahwasanya kemampuan dan ketahanan tikus sudah cukup baik bahkan meningkat dari hari ke hari. Persoalannya adalah ia tidak bersedia memperjuangkan hidupnya itu dan hanya mengandalkan bantuan orang lain yaitu sang ilmuwan.

Kisah tersebut menginspirasikan bahwa setiap tingkat kemajuan atau keberhasilan seseorang selalu didahului dengan tantangan. Bila kita
sudah dapat menahklukkan tantangan tersebut, dengan sendirinya kekuatan dan prestasi kita setingkat lebih maju. Sehingga keberhasilan kita terletak pada seberapa besar kemauan kita untuk menahklukkan tantangan tersebut, karena Tuhan YME sudah memberi kita dua tangan agar kita bisa membantu diri kita sendiri.

Tak ubahnya bila kita ingin sukses, maka kita harus bersedia memperbaiki diri dan gigih berusaha. "Victory belongs to the most persevering. -Kejayaan adalah milik mereka yang gigih," kata Napoleon Bonaparte, mantan penguasa di Perancis yang hidup pada tahun 1769 sampai tahun1821. Karena keadaan kita tidak akan pernah lebih baik bila hanya mengandalkan bantuan orang lain.

Batu-Batu Berharga

Alkisah, di sebuah sekolah perniagaan, seorang guru besar sedang menyampaikan mata pelajaran tentang ekonomi sosial. Di depan kelas, dengan hati-hati si guru meletakkan sebuah toples kaca di atas meja. Dengan diikuti tatapan mata para siswanya, dia mengeluarkan sekantong penuh batu dan memasukannya satu persatu ke dalam toples itu sampai tidak ada lagi batu yang bisa dimasukkan lagi. Setelah melakukan hal tersebut, si guru bertanya kepada para siswanya, "Anak-anak, apakah toples ini sudah penuh?" "Ya!" jawab mereka serempak.

Sambil tersenyum, sang guru meraih tas kedua dari bawah mejanya yang berisi batu kerikil. Dia kemudian menuangkan kerikil itu sambil menggoyang-goyangkan toples untuk mengisi celah-celah di antara batu-batu yang telah ada di dalam toples tadi. Untuk kedua kalinya, dia bertanya kepada para siswanya, "Sekarang, apakah toples ini sudah penuh?" "Belum!" jawab mereka setelah tahu arah pertanyaan si guru.

Kali ini jawaban mereka benar. Si guru mengambil kantong berisi pasir halus. Ia pun kemudian menuangkan pasir halus ke dalam toples untuk mengisi celah-celah di antara batu-batu besar dan kerikil-kerikil yang telah dimasukkan sebelumnya. Lagi-lagi dia bertanya, "Nah, apakah sekarang toples ini sudah penuh?"  "Mungkin penuh, mungkin juga belum penuh Pak. Yang tahu jawabannya cuma bapak," jawab para siswa.

Jawaban itu membuat si guru tersenyum. Ia lantas mengeluarkan seteko air dan menuangkan ke dalam toples hingga air pun memenuhi permukaan toples.Dia meletakkan teko dan memandang ke seluruh kelas. "Lantas, dari hal-hal tadi, pelajaran apakah yang dapat kalian petik?" "Tak peduli seberapa padat jadwal kegiatan kita, selalu akan bisa ditambahkan sesuatu ke dalamnya," jawab seorang siswa karena merasa sedang mengikuti kelas perniagaan.

"Bukan sekadar itu! Yang ditunjukkan disini adalah dengan memasukkan batu-batu besar lebih dahulu, disusul batu kerikil lalu pasir, dan terakhir air, maka cara seperti itu bisa membuat toples terisi secara maksimal. Artinya, ini merupakan sebuah pelajaran tentang prioritas. Kalian mengerti?" sebut si guru. Serentak para murid pun mengangguk-anggukkan kepala, tanda mendapat jawaban dan pelajaran yang memuaskan.

Pembaca yang budiman,
Pengertian tentang prioritas sangatlah penting. Sebab, kadangkala kita melakukan pekerjaan dengan hasil yang tidak optimal, hanya karena kita tidak memperhitungkan dengan cermat mana pekerjaan yang penting dan mendesak untuk lebih dahulu dikerjakan. Jikalau kita mampu memilih dan memilah pekerjaan dengan memprioritaskan atau mendahulukan pekerjaan yang penting dan mendesak, maka, apa yang kita lakukan akan bisa berjalan lebih efektif dan berdayaguna. Dengan begitu, hasil yang dicapai pun akan bisa lebih maksimal.

Itulah inti dari pengertian prioritas. Cukup sederhana, namun membutuhkan latihan demi latihan, dalam praktek pekerjaan atau kegiatan di kehidupan kita sehari-hari. Maka, mari kita raih kesuksesan dengan cara membangun kebiasaan menentukan skala prioritas dalam segala aktivitas yang kita lakukan.

Salam Sukses Luar Biasa!!!

Andrie Wongso

Memotivasi Karyawan Berbuat Salah

MINGGU lalu, saya terlibat diskusi menarik dengan seorang eksekutif asuransi. Ia berkata, agen terbaiknya kebanyakan orang yang pernah gagal. Makin dalam kegagalan seseorang, makin besar kemungkinan suksesnya. Biasanya orang-orang seperti itu ibarat kata pernah mengalami hal terburuk, atau pernah merasakan dasar jurang paling dalam dan gelap.

Motivasinya untuk bangkit dan sukses besar sekali. Dengan semangat baja, mereka maju bak lokomotif berkecepatan tinggi. Ada sebuah buku kecil, dikarang Richard Parson dan Ralph Keyes. Judulnya edan " Whoever makes the most mistakes wins" -- siapa yang membuat kesalahan terbesar biasanya menjadi pemenangnya. Sesuatu yang amat bertentangan, bukan? Richard Parson adalah dokter dalam ilmu psikologi. Ia pernah jadi perwira angkatan laut dan dosen. Ralph Keyes adalah penulis yang inovatif.

Mereka menganjurkan agar Anda memotivasi karyawan berbuat salah. Metode ini disebutnya productive mistake-making. Yaitu membuat kesalahan yang produktif. Richard mengutip sejumlah kasus perusahaan yang dikenal inovatif, seperti Xerox dan Polaroid. Mereka mudah kehilangan daya imajinasinya karena bertahan pada sukses-sukses sebelumnya.
 
Perusahaan seperti Coca-Cola justru bangkit dari kubur karena kesalahan besarnya saat meluncurkan New Coke. IBM juga tahan banting karena pernah diterpa sejumlah masalah, yang memaksanya melakukan reinventing. Anda mungkin akan garuk-garuk kepala, dan mengatakan teori ini mustahil benar. Namun, bila Anda urut, sejumlah kejadian dalam kehidupan ini justru ditopang kesalahan yang kita buat. Richard Parson menyebutnya paradoks inovasi. Intinya, memotivasi orang berbuat kesalahan yang produktif.

Menurut Richard Parson, kesalahan biasanya terjadi tanpa sengaja. Kesempatan belajar dan berinovasi akan terbatas kalau kesalahan cuma dating sesekali. Parson menyarankan agar secara sistematis kita memotivasi karyawan terjun berbuat salah, supaya inovasi berjalan sistematis dan teratur. Di sini triknya. Mana ada bos yang gegabah dan tega memotivasi anak buahnya berbuat salah, bukan untuk sukses? Jelas sangat edan!

Di dalam bukunya, Parson dan Keyes mencontohkan John Wooden, pelatih basket di University of California Los Angeles, Amerika. Selama 27 tahun sebagai pelatih, John tak pernah kalah satu musim kompetisi pun. Ia pernah menggiring timnya menang piala bergengsi kejuaraan olahraga antarperguruan tinggi (NCAA) selama 10 kali, tujuh kali di antaranya berturut-turut.

Tekniknya memotivasi tim sangat unik. Ia menggunakan jurus productive mistake-making. Ia mengajak anak buahnya bermain habis-habisan. Menang atau kalah, menurut dia, cuma efek sampingan. Kalau mainnya bagus, menang menjadi proses alamiah.

Hal sama dialami pelatih beken Phil Jackson, dari LA Lakers. Mulanya ia terobsesi menang sebagai hasil akhir. Lewat sejumlah pengalaman religius, ia berubah. Ia berkata, sukses akan terjadi bila Anda memiliki kesadaran penuh dan menyatu dengan semua peristiwa di sekeliling Anda. Sama dengan John Wooden, ia menganggap menang cuma efek sampingan.

Metode ini membuatnya mampu mencetak pemain sekaliber Michael Jordan, Kobe Bryant, dan Shaquille O'Neal. Phil Jackson menjadi pelatih basket termahal dalam sejarah.

Memotivasi karyawan untuk berbuat kesalahan secara sistematis rasanya memang ide gila. Namun, Parson dan Keyes menulis, sukses dan gagal persis sama dengan prinsip zen soal terang dan gelap. Yaitu sukses tak akan ada tanpa kegagalan. Gagal tak akan pernah ada kalau tak ada sukses. Kita membutuhkan keduanya. Daripada kegagalan menjadi beban, Parson dan Keyes menganjurkan agar kita menggunakan kegagalan, dan kesalahan, sebagai motivasi yang produktif.

Anak Ayam & Rajawali


Alkisah adalah sebuah telur rajawali yang jatuh di kandang ayam.  Telur rajawali itu lalu dierami oleh induk ayam. Beberapa minggu kemudian menetaslah telur itu dan lahirlah seekor anak rajawali.

Anak rajawali pun belajar hidup bersama anak-anak ayam yang lain. Karena tidak menyadari bahwa dirinya adalah seekor rajawali, sang rajawali pun belajar mengkais-kais tanah untuk mencari cacing makanan kegemarannya.  Ia tidak pernah belajar untuk terbang karena induk dan teman-temannya tidak melatihnya untuk terbang. Ia pun mulai berbicara cip?..cip?. memanggil induknya   
 
Suatu hari lewatlah seekor burung rajawali di atas kandang ayam itu. Meliuk ke kiri, ke kanan sambil sesekali melempar pandangannya ke kandang ayam. Anak rajawali pun melihat burung yang paling perkasa itu dan lalu bertanya pada induk ayamnya, " Bu, burung apa itu? " "Oh itu burung rajawali", jawah ibunya  "Bisakah aku terbang seperti dia Bu?" tanya si anak rajawali lagi "Ha...ha?.ha, kamu, ibu, dan adik-adikmu yang lain semuanya sama, tidak ada yang bisa terbang. Sudah takdir kita untuk tidak dapat terbang. Hidup kita ya hanya bisa mengkais-kais tanah mencari cacing. Sudah cepat masuk ke dalam, sudah mulai gelap, sebentar lagi pandangan kita kabur" 

Andai saja si anak rajawali tidak mempercayai apa yang dikatakan oleh dunianya?..  Bagaimana dengan Anda?

Cerita diambil dari cerita anonymous. Dari cerita ini diharapkan anda dapat menyadari potensi anda yang sebenarnya dan lalu mulai membangun motivasi anda bangkit dari seekor anak ayam menjadi seekor rajawali

Sifat Kepiting

Mungkin banyak yang tahu wujud kepiting, tapi tidak banyak yang tahu sifat kepiting. Semoga Anda tidak memiliki sifat kepiting yang dengki.

Di Filipina, masyarakat pedesaan gemar sekali menangkap dan memakan kepiting sawah. Kepiting itu
ukurannya kecil namun rasanya cukup lezat. Kepiting-kepiting itu dengan mudah ditangkap di malam hari, lalu dimasukkan ke dalam baskom/wadah, tanpa diikat.

Keesokkan harinya, kepiting-kepiting ini akan direbus dan lalu disantap untuk lauk selama beberapa hari. Yang paling menarik dari kebiasaan ini, kepiting-kepiting itu akan selalu berusaha untuk keluar dari baskom, sekuat tenaga mereka, dengan menggunakan capit-capitnya yang kuat. Namun seorang penangkap kepiting yang handal selalu tenang meskipun hasil buruannya selalu berusaha meloloskan diri.
Resepnya hanya satu, yaitu si pemburu tahu betul sifat si kepiting.

Bila ada seekor kepiting yang hampir meloloskan diri keluar dari baskom, teman-temannya pasti akan menariknya lagi kembali ke dasar. Jika ada lagi yang naik dengan cepat ke mulut baskom, lagi-lagi temannya akan menariknya turun… dan begitu seterusnya sampai akhirnya tidak ada yang berhasil keluar. Keesokan harinya sang pemburu tinggal merebus mereka semua dan matilah sekawanan kepiting yang dengki itu.
Begitu pula dalam kehidupan ini…

tanpa sadar kita juga terkadang menjadi seperti kepiting-kepiting itu. Yang seharusnya bergembira jika teman atau saudara kita mengalami kesuksesan kita malahan mencurigai, jangan-jangan kesuksesan itu diraih dengan jalan yang nggak bener. Apalagi di dalam bisnis atau hal lain yang mengandung unsur kompetisi, sifat iri, dengki, atau munafik akan semakin nyata dan kalau tidak segera kita sadari tanpa sadar kita sudah membunuh diri kita sendiri.

Kesuksesan akan datang kalau kita bisa menyadari bahwa di dalam bisnis atau persaingan yang penting bukan siapa yang menang, namun terlebih penting dari itu seberapa jauh kita bisa mengembangkan diri kita seutuhnya. Jika kita berkembang, kita mungkin bisa menang atau bisa juga kalah dalam suatu persaingan, namun yang pasti kita menang dalam kehidupan ini.

Pertanda seseorang adalah 'kepiting':
1. Selalu mengingat kesalahan pihak luar (bisa orang lain atau situasi) yang sudah lampau dan menjadikannya suatu prinsip/pedoman dalam bertindak
2. Banyak mengkritik tapi tidak ada perubahan
3. Hobi membicarakan kelemahan orang lain tapi tidak mengetahui kelemahan dirinya sendiri sehingga ia hanya sibuk menarik kepiting-kepiting yang akan keluar dari baskom dan melupakan usaha pelolosan dirinya sendiri.
...Seharusnya kepiting-kepiting itu tolong-menolong keluar dari baskom, namun yach… dibutuhkan jiwa yang besar untuk melakukannya...

Tanpa sadari sebetulnya banyak kepiting-kepiting disekeliling kita yang secara tidak kita sadari telah menjadi “dream stealer” (pencuri mimpi) anda secara perlahan. Coba renungkan berapa waktu yang Anda pakai untuk memikirkan cara-cara menjadi pemenang. Dalam kehidupan sosial, bisnis, sekolah, atau agama. Dan gantilah waktu itu untuk memikirkan cara-cara pengembangan diri Anda menjadi pribadi yang sehat dan sukses.
“Dream High” and Never ever give Up.
 
Home | About | Contact Us
Copyright © 2012. Fullonline.in
Editor: Fullonline
Proudly powered by Blogger